Minggu, 18 Mei 2008

Taman Sari Tempat Raja Menyepi.



Taman sari yang berarti taman yang indah.taman ini di bangun oleh raja yogyakarta,Sultan Hamengkubuwono I tahun 1757.Taman ini kira-kira luasanya sekitar 150 X 100 Meter persegi dengan struktur bergaya Eropa ini menjadi tempat eksklusif sang sultan.

Setiap malam bulan purnama sultan melakukan berbagai aktivitas di istana cantik ini.selain menyepi sama istrinya sultan juga kerap menerima tamunya di tempat ini.Nuansa Eropa pada banguan ini memang terasa kental maklum dahulunya arsiteknya dari portugis.namun oleh Sultan Hamengkubuwono I diberi warna lain khas jawa dengan memasukan unsur-unsur agama islam,hindu dan budha dalam desain bangunan ini.Contoh nya dalam setiap gerbangnya terdapat pahatan gambar wajah kalamakara,yakni perwujudan kekuatan Dewa Siwa sebagai dewa pengahancur dengan mulut menjulur,tanda penolak bala.

Wisata Air Dengan Surfing ( Selancar ).



Surfing atau lebih dikenal dengan selancar,merupakan olahraga air dengan menggunakan sebilah papan sebagai alat untuk bermanuver di atas ombak.papan itu bergerak dengan bantuan arus ombak.dulunya selancar merupakan bagian dari kehidupan orang hawai yang terkenal dengan keindahan pantainya.

tapi sekarang selancar sendiri sudah banyak menyebar di negara-negara belahan dunia salah satunya indonesia yang mempunyai banyak wisata pantai tersebar di pulau-pulau di indonesia.

Wisata Air Dengan Banana Boat.



Banana Boat,sesuai namanya tentu perahu ini karet ini bentuknya menyerupai pisang.pesertanya naik di perahu karet ini.jumlah penumpangnya tergantung dari ukuran perahu ini.kapasitas banana boat biasanya menurut standar biasanya 4-5 orang plus 1 orang instruktur.banana boat ini biasanya di tarik dengan speed boat.penumpang benana boat ini harus di lengkapi dengan jaket pelampung guna untuk menghidari hal-hal yang tidak diinginkan.

sebagai tips untuk ikut peserta banana boat ini sebaiknya mematuhi ketentuan yang diijinkan.untuk wisata air ini benana boat juga sudah banyak tersedia dilokasi wisata diantaranya wisata pantai Bali seperti kuta,nusa dua, dan tanjung benoa bali.sedangkan banten ada di pulau umang dan anyer.di bangka juga ada di pantai tenggirinya.

Dampak-Dampak Pemansan Global Bagi Umat Manusia Dan Makhluk Hidup Di Bumi.



Pemanasan global sangat fatal dalam muka bumi ini.pemanasan global dapat berpengaruh yang negatif bagi manusia,hewan dan lingkugan hidup di bumi ini.pemasan global juga dapat manusia dan ekosistem lain nya.

Ini ada beberapa dampak-dampak dari pemanasan global.

Perubahan Suhu Ekstrim.

peningkatan agrikultur di daerah dingin dan penurunan di daerah panas.
peningkatan jumlah serangga.
jumlah air bersih menurun.
peningkatan jumlah kematian akibat penyakit dari perubahan cuaca.
penurunan kualitas air di perkantoran.

Gelombang Panas.

Pengurangan lahan Subur untuk pertanian.
Meningkatnya kebakaran hutan dan semak.
Peningkatan jumlah kematian terutama anak-anak dan orang tua akibat penyakit.

Kekeringan.

Kerusakan Panen.
Erosi Lahan.
Perubahan jumlah air tanah.
Krisis ari bersih.
Peningkatan kematian akibat infeksi pernapasan dan kulit.
migrasi penduduk,kerusakan Infraktuktur transportasi,perdagangan dan sosial akibat banjir dan kekeringan.
Kerusakan Insfratuktur Urban dan rural.
Kerugian material.

Banjir.

Degradasi tanah.
kerusakan lahan pada dataran rendah.
Peningkatkan kematian.
krisis air.
krisis gizi.
Krisis penyakit akibat pencemaran air dan kekurangan makan.
Migrasi.

Topan Badai.

Kerusakan hutan dan panen.
Kerusakan fasilitas publik seperti energi,infrastuktur tranportasi dll.
Peningkatan Penyakit psikologis akibat trauma pasca badai.
Migrasi.
Peningkatan Kemiskinan.

Peningkatan Permukaan Tanah.

Kerkurangan air berish akibat banjir ROB.
Peningkatan Penyakit akibat banjir.
Migrasi Akibat penyakit endemi.
Rekolasi paksa atas wilayah pesisir pantai.
Rekolasi infrastuktur.
Kerugian ekonomi dan hasil laut.
Efek badai.

Diatas jelas bahwa pemanasan global sangat faktal dampaknya untuk manusia dan hewan maupun lingkungan hidup di bumi ini.maka perlu kita mencegah supaya dampak pemanasan global ini tidak menyebar luas.Dengan cara menanam pohon karena pohon sendiri bisa menciptakan kekebalan lapisan Ozon selain itu juga bisa untuk wisata alam.cegah pencemaran air dan udara karena dua unsur itu sangat penting bagi manusia serta makhluk hidup di dunia ini.

Berwisata Air Dengan Jetski.



Jetski merupakan kendaraan bermotor yang kemungkinan anda melaju di permukaan air,baik laut, danau, bendungan Dll.sebenarnya kendaraan ini merupakan pengembangan dari speedboat dan keluaran merk dari pabrik kawasaki di tahun70-an.seiring waktu kendaraan ini mengalami penyempurnaan banyak merk besar mengeluarkan produk ini.selain sebagai sarana rekreasi jetski juga digolongkan sebagai olahraga air.

Jetski tidak bisa anda kendarai sendiri tapi kalau anda udah mahir dalam mengendarai jetski ini bisa melakukannya sendiri ,harus di dampingi instrukturnya mengingat laut banyak terdapat laut.salanjutnya kalau anda sudah mampu bisa melakukan di tengah laut sepuasnya sementara instruktur cuma memberi instruksi sambil berboncengan.

lokasi untuk jetski ini lumayan cukup banyak di antaranya di pantai-pantai wisata bali ( kuta,legian dan sebagainya ) untuk wilayah jakarta di ancol,sementara di daerah pulau bangka di pantai tenggiri dan daerah anyer untuk banten.

Ondel-Ondel Budaya Jakarta.



Ondel-ondel adalah kesanian khas dari jakarta.kesenian ondel-ondel ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat betawi penduduk asli jakarta dan masyarakat indonesia pada umumnya.ondel-ondel sendiri sering kita jumpai waktu ada upacara adat betawi seperti acara pengantin,penganten sunat,peresmian gedung dan acara lainnya.

Ondel-ondel ini boleh dikatakan boneka raksasa karena boneka ini ukuran tumbuhnya berdiameter 80 cm dan ukuran tingginya sekitar 2,5 meter lumayan besar untuk ukuran boneka.rangka tubuhnya di buat dari bambu sementara wajahnya terbuat dari kayu.

Boneka ondel-ondel selalu dibuat sepasang laki-laki dan perempuan.ini mengibaratkan pasangan suami istri.ondel-ondel laki-laki wajahnya di cat merah dengan kumis melintang berjenggot tebal dan cambang.sementara untuk ondel-ondel perempuan wajahnya di cat putih kalu gak kuning,bibir dirias dengan warna merah,bulu mata lentik dan alis lancip.kadang-kadang diberi tahi lalat juga.


Jumat, 18 April 2008

Wayang Kulit Kebudayaan Asli Indonesia.




Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai
berkembang pada jaman Hindu Jawa. Pertunjukan Kesenian wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan
orang Jawa yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animisme dan dynamisme. Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul
wayang Purwa disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari Kerajaan
Mamenang / Kediri.
Sektar abad ke 10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun
lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar.
Ceritera Ramayana sangat menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia,
bahkan oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang digambarkan untuk
pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu perwujudan dari Dewa Wisnu.

Sumber : www.jawatengah.go.id

Wayang Kulit (Purwa)

Biasa dibuat dari kulit kerbau atau kulit lembu, wayang kulit yang juga sering dikenal sebagai wayang purwa telah
menjadi salah satu warisan budaya nasional dan sudah sangat terkenal di dunia. Sehingga banyak wisatawan asing
yang datang untuk mempelajari seni wayang kulit ini, karena tergolong unik. Merupakan jenis wayang yang paling
dikenal, hingga saat ini pertunjukan wayang kulit pun masih menjadi salah satu tontonan menarik yang digemari oleh
masyarakat Yogyakarta.

Kesenian ini menggunakan sebuah layar besar dan lakonan wayang tersebut dimainkan dibalik layar putih tersebut,
sehingga para peniknat tontonan ini serasa menonton film kartun ataupun film-film di bioskop. Penggunaan layar in
berasal dari masuknya pengaruh Islam ke dalam kebudayaan Indonesia, terutama Jawa. Wayang yang pada awalnya
berbentuk boneka yang terbuat dari kayu dan dinamakan wayang golek, dilarang dipertunjukkan karena hukum Islam
melarang penggambaran bentuk dewa-dewi dalam bentuk manusia (boneka). Ketika Raden Patah dari Demak ingin
menonton pertunjukan wayang, para pemimpin Islam ini pun melarangnya. Sebagai jalan keluar, para pemimpin Islam ini
merubah bentuk wayang menjadi wayang kulit. Pertunjukannya pun melalui media layar, sehingga yang terlihat hanya
bayangannya, bukan bentuk aslinya.

Pertunjukan wayang kulit diatur dan dijalankan oleh seorang dalang yang menggerakkan dan mengisi suara-suara tokoh
dalam perwayangan tersebut. Yang menarik, ketika pertunjukan wayang kulit berjalan, di tengah-tengahnya biasanya
diselingi dengan “goro-goro”, semacam pertunjukan dengan pemain manusia, dan membawakan cerita-cerita lucu.
Pertunjukan kesenian wayang kulit ini di adakan semalam suntuk hingga fajar menyingsing. Bahkan tidak jarang
pertunjukan wayang kulit ini diadakan selama tujuh hari tujuh malam.

Pertunjukan wayang kulit ini biasanya mengambil cerita dari kisah Ramayana, Mahabarata, ataupun Serat Menak. Selain
pertunjukan yang membawakan kisah-kisah besar, wayang kulit juga menyajikan kisah Punakawan, yang lakonnya
terdiri dari Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng. Dalam pertunjukan yang menggunakan Punakawan ini, biasanya cerita
yang diangkat adalah seputar masalah-masalah saat ini.

Bentuk wayang kulit ini pun berbeda antar daerah. Di daerah Jawa Tengah dan Jogja, wayang kulit dibuat dengan
bentuk yang sangat terencana dan dengan tingkat keabstrakan yang tinggi. Bentuk yang tipis, anggota tubuh yang
indah, mata berbentuk buah almond, serta hidung mancung untuk menandakan kebangsawanan. Di Bali, bentuk wayang
kulit lebih nyata. Sedangkan wayang kulit di Lombok memiliki benda-benda masa kini, seperti mobil ataupun pesawat
terbang.

Pada awalnya, dalam pertunjukan wayang kulit, digunakan lampu minyak atau blancu untuk memunculkan bayanganbayang
pada layar katun yang tersedia. Walau saat ini blancu masih digunakan, tapi banyak pertunjukan wayang telah
menggantinya dengan spotlight. Walaupun begitu, peminat wayang kulit ini masih tetap banyak.(yds)

Source : www.trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_id=7&news_id=196
Wisata Parlemen Jawa Timur

Sejarah Reog Ponorogo.





Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat.

Legenda Cerita Reog.

Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.

Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.

Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.

Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.

reog adalah kesenian asli indonesia untuk negara lain yang mengambil hak cipta reog itu salah besar karena reog warisan nenek moyang indonesia.jadi untuk negara yang mengambil hak cipta kesenian dari negara lain adalah negara yang gak berbudaya...

Minggu, 06 April 2008

Beach Kuta In Bali.





Kuta has traveled from slave port to stardom. This is where modern tourism in Bali all started and it’s still the most happening place of all.

With the building of the airport in Bali, Kuta became a firmly established part of the “Hippy Trail” and the Balinese responded with smiles, homestays and other simple accommodation, and eateries. From this small sleepy village with a white sand beach and good surf grew the Kuta of today which extends 8-10 km northeast of the airport and includes the villages of Tuban, the three villages of Legian, Seminyak, Basangkasa and now Petitenget, with hotels, resorts and restaurants virtually lining the length of the beach.

It’s been fashionable for many years now to decry Kuta for its brashness, crassness and chaos, but the fact remains that the most cosmopolitan and interesting people are to be found here. Like it or not, this is 21st Century Bali, warts and all, without the sanitisation of the more planned areas.

But even in central Kuta you can find quiet hotels and intimate restaurants, and while the beach may be crowded in pockets, most of it is virtually empty, even in peak season. This is where you will find the widest range of accommodation and the best shopping, from trinkets to well-priced designer wear to elegant homewares and exquisitely crafted furniture.

You'll also find the best variety of eating and nightlife: The beachside Hard Rock Café; the tired 24 hour Mamas; the noisy unsophisticated drinking holes such as Sari Club and Flanagans in Central Kuta; the earsplitting beachside 66 (Double Six) Disco; the trendy bars and restaurants of Seminyak; and the air-conditioned cigar bar of KuDeTa restaurant in Petitenget.

Chaos and traffic notwithstanding, the Kuta area has it all. As the parts that make up the whole have their own distinct characteristics we list them going north/west along the beach from the airport. The divisions are not exact but close enough for our purposes.

Bali Map


Rabu, 02 April 2008

Bledug Kuwu In Grobogan.





Bledug Kuwu is one of tourist attractions in Wirosari area in Grobogan Region, Purwodadi, Central Java. Bledug Kuwu is a local name for something that burst in pool. This is rather strange pool that far from volcano. The vapor burst came from carbon dioxide release. The temperature is mild. Visitors might experience a stunning natural occurrence of small, frequent bursts from mud crate with a sound resembling a mount eruption. This natural phenomenon is resulted from geothermal motion inside the earth bed. Witness said that a big burst could even create small quakes that quiver the area.

Bledug Kuwu looks like just another muddy pond. But every one or two minutes, the placid water erupts in an explosion of mud, followed by a plume of white steam. The pond is located just off the alternative road connecting Purwodadi and Cepu in Central Java, on a site measuring some 4.5 hectares. Bledug Kuwu has become a tourist attraction in the area. The visitors can watch the geyser from a distance of between 10 meters and 20 meters. The eruptions of water and mud shift positions from time to time. But there are two spots where the geyser regularly erupts. The locals call the one in the east Mbah (Grandpa) Jokotua and the one in the west Mbah (Grandma) Rodenok. They have given the spots where the geyser erupts names, as they believe that the place is sacred.

Dieng Plateau.





Dieng Volcanic Complex (also called the Dieng Plateau) is a complex volcano. A complex volcano is an extensive assemblage of spatially, temporally, and genetically related major and minor volcanic centers with the associated lava flows and pyroclastic rocks. This is another place worth visiting in Central Java, situated around 2000 m above sea level and 100 km from Borobudur. This area northwest of Yogyakarta is in the volcanic mountains and over 2,000 meters elevation. The name "Dieng" means "abode of the gods." There the visitor can find restarted temples build around year 800, colorful lakes and steaming ones. On the road we will see how the farmer use all the land available by using terraces. It's also fresher up here and we are almost above the clouds. The plateau, located 2,093 meters above sea level, offers two sunrises, the golden sunrise and the silver sunrise. Both are equally amazing natural phenomena. The golden sunrise refers to the first sunrise between 5:30 and 6 a.m. It is said to be golden because of its sparkling golden red color. We can enjoy this sunrise from a viewing post at a height of 1,700 meters above sea level in Wonosobo. The place, located in a mountainous area, is easily accessible because the roads leading to this area are all paved.

After savoring the beauty of the double sunrise, a natural phenomenon perhaps found only on Dieng Plateau, we could still enjoy the beauty of the surrounding nature. Walk about 10 minutes over a distance of some two kilometers to the southeast of the temple where there is a colorful lake. From the top of a hill the lake reflects a greenish yellow color, the reflection of the sulfate acid that the lake water contains. Beside this colorful lake there is another lake with pristine water. Locals call it the mirror lake because the water is very clear. The surface of the lake water also reflects sunlight. Unfortunately, this beautiful morning panorama is slightly impaired by the rampant felling of trees around the lakes. Unless the tree feeling is checked, this beautiful panorama will soon vanish for good.

Beside the beautiful panorama above, there is also small monuments, which are not more than 50 feet high stand on a crater floor amidst sulfurous fumes and underlined by the presence of a few of the starkest Shivaite temples at an elevation of more than 6.000 feet, are impressive. The site is located four hours from Semarang. In this site, the visitor will see some of the oldest Hindu temples of Java. On the way to the Dieng Plateau, visitors will pass through tobacco plantations and beautiful mountain scenery. This area can reach about four hours from Semarang, the site of some of the oldest Hindu temples on Java. These 50m-foot high monuments stand on a crater floor amidst sulfur fumes. The road to the Dieng Plateau passes through tobacco plantations and beautiful mountain scenery.

Gedong Songo Tample.





This is a resort on the slope of mount Ungaran, about 900 meters above sea level. Gedong Songo (nine buildings), a group of small 8th century Hindu Javanese temples, can be reached either by car or on horseback from the town. Built at about the same time as the temples of the Dieng complex, Gedong Songo is one of the most beautifully sited temple complexes in Central Java and the views alone are worth the trip. Gedung Songo ('Nine Buildings') belong to the earliest antiquities of Java, they follow up the temples on the Dieng Plateau directly, for what about time. They were also built high in the mountains in an area full with volcanic activity; and they were also from Hinduist origin. But where the temples on Dieng Plateau are somewhat squeezed into a foggy valley, Gedung Songo are spread over the higher parts of the mountains, which guarantee a splendid view. On clear days, the horizon is one long row of volcanoes, from mount Lawu in the east, towards mount Sumbing, mount Sundoro and Dieng Plateau in the west.

The temples were built between 730 and 780, the first temple excepted, which could have been built some 30 years later. Gunung Songo is not the original name and also doesn't point at the number of structures. The number nine has a special meaning in the Javanese culture, in which there is a strong attachment to numbers. The temples are located at about the same distance from each other (100 meters, 200 meters) on a naturally formed terrace of edge of a mountain.

Bengawan Solo In Surakarta.





This longest river in Java flows along the eastern edge of the town from its source in the lime stones hill of the south, near East Java border to its mouth nearby Surabaya, on the Java sea. Regretfully, the river is now shallow it is not navigable anymore. But in the past it was an important link between Solo and the north cost of East Java. It length is 600 km flowing in 2 provinces which are Central Java Province and East Java Province with the irrigation width 16.000 km2, was the biggest and the main river basin area. It rises on the slope of Mount Lawu volcano (10,712 feet [3,265 m]) and the southern limestone range (Sewu Mountains) and flows north, then east to discharge into the Java Sea at a point opposite Madura Island, northwest of Surabaya. In recent 30 years development of irrigation facility at the Bengawan Solo river area have reach a significant level of development. This was mark by the completed of irrigation building, which still in progress or even have been built such as reservoir, dam, dike, irrigation net, and others. Investment have been spent to reach this development level is very big. Those buildings have functions as a flood controller, Hydraulic Power Generator, water supply for farming, industry, drink water, fishery, and others.

There is a well-known song 'Bengawan Solo' composed by Mr. Gesang. In the central Javanese city of Solo, a statue of Gesang Martohartono looks over the gently flowing Bengawan Solo, or Solo River. It was the famous Indonesian singer-songwriter Gesang, who composed the celebrated Indonesian melody "Bengawan Solo" during World War II -- when the country was under Japanese occupation. The song describes the legendary river in a poetic and nostalgic way, that it is surrounded by mountains, its sources are near the city of Surakarta, that it ends in the sea, and that the merchant class always makes use of it. It is in the local Keroncong style, a popular folk style with influences from Portuguese. The Japanese, who occupied the country during World War II, brought the song with them to Japan after returning from the war. There, and also in the rest of Asia and later worldwide, the song became very famous.

Borobudur Tample In Magelang.





Buddhist marvel of stone standing in the garden of Java, Indonesia
The Borobodur Temple complex is one of the greatest monuments in the world. It is of uncertain age, but thought to have been built between the end of the seventh and beginning of the eighth century A.D. For about a century and a half it was the spiritual centre of Buddhism in Java, then it was lost until its rediscovery in the eighteenth century.
The structure, composed of 55,000 square meters of lava-rock is erected on a hill in the form of a stepped-pyramid of six rectangular storeys, three circular terraces and a central stupa forming the summit. The whole structure is in the form of a lotus, the sacred flower of Buddha.
One of the ninety-two Dhyani Buddha statues enclosed in stupas
For each direction there are ninety-two Dhyani Buddha statues and 1,460 relief scenes. The lowest level has 160 reliefs depicting cause and effect; the middle level contains various stories of the Buddha's life from the Jataka Tales; the highest level has no reliefs or decorations whatsoever but has a balcony, square in shape with round walls: a circle without beginning or end. Here is the place of the ninety-two Vajrasattvas or Dhyani Buddhas tucked into small stupas. Each of these statues has a mudra (hand gesture) indicating one of the five directions: east, with the mudra of calling the earth to witness; south, with the hand position of blessing; west, with the gesture of meditation; north, the mudra of fearlessness; and the centre with the gesture of teaching.
Devotional practice of circumambulate around the galleries and terraces.
Besides being the highest symbol of Buddhism, the Borobodur stupa is also a replica of the universe. It symbolises the micro-cosmos, which is divided into three levels, in which man's world of desire is influenced by negative impulses; the middle level, the world in which man has control of his negative impulses and uses his positive impulses; the highest level, in which the world of man is no longer bounded by physical and worldly ancient desire.
It is devotional practice to circumambulate around the galleries and terraces always turning to the left and keeping the edifice to the right while either chanting or meditating. In total, Borobodur represents the ten levels of a Bodhisattva's life which he or she must develop to become a Buddha or an awakened one.

Prambanan Tample In Jogja - Klaten.





Prambanan Temple

Prambanan Temple is located some 17 km from Yogyakarta. Tourists can't miss the temple because it is only a hundred meters off the main street. The Sanjaya Dynasty built this 47 meters high Hindu temple in the 9th century. It consists of three courtyards. The main temple is located in the inner courtyard and surrounded by several small temples called "perwara" temples. Local chieftains, as a token of their acquiescence to the king, contributed some of these.
As a Hindu temple the main temple has three shrines, dedicated to the Hindu trinity. Ciwa, Vhisnu, and Brahma. Each of these shrines is facing a smaller shrine for their vehicles. The cow Nandi is the vehicle of Ciwa the Destroyer God. The eagle Garuda is the vehicle of Vhisnu the Guardian God. And the swan Angsa is the vehicle of Brahma the Creator God.
Entering the main temple from the north, one will find a statue of a very beautiful princess, Roro Jonggrang. According to the legend, Roro Jonggrang was the daughter of King Boko, which was cursed into a statue. The legend also says that a young powerful man named Bandung Bondowoso wanted to marry Roro Jonggrang. Since she doesn't love him, Roro Jonggrang tried to avoid the marriage by asking Bandung Bondowoso a present. She would only marry him if Bandung were really a powerful man. To prove the power Bandung was asked to build a thousand temples in one night. Having supernatural power, Bandung has almost successfully finished his task, but Roro Jonggrang prevents this excellent achievement. Jonggrang asked the maidens of the east village of the temples to burn the hay and pound the rice in order to cause the situation like dawn time for sunrise.
So when the cocks begin to crow, all the supernatural beings flee away because they think it was already dawn. Being unable to control his anger, Bandung Bondowoso curses Roro jonggrang into a statue that now completes the temple. The relief carved around the foot of Civa Temple depicts heavenly creatures, symbolizing the cosmic system. Entering the temple from the east and walking around the sub base of the temple with the main shrine on the right (Pradaksina). Tourists will see the whole relief of the story of the Brahma Temple. The story of Kresnayana, which tells the childhood of Prabu Kresna, can be seen on the balustrade of the Vishnu Temple.
From May-October, at full moon, the Story of Ramayana is usually presented in the evening from 19.30-21.30. Being a traditional dance, it is performed on an open-air stage to the west of the temple.

Selasa, 01 April 2008

Candi Mendut (Mendut Temple) In Magelang.





Candi Mendut (Mendut Temple) is 3 kilometers eastward from Borobudur Temple. It is a Buddhist temple, built in 824 A.D. by King Indera of Cailendra dynasty.

There are three big statues inside, they are:
Cakyamuni sitting in cross legged pose with dharma cakra mudra (= turning the wheel of dharma hand pose)
Awalokiteswara, a bodhi satwa as human being helper.
Awalokiteswara is a statue with Amitabha on her crown, Vajrapani. She is holding a red lotus and put on her palm.
Maitreya, a savior of human beings in the future.

There are stories for children on its walls.

Candi Mendut (Mendut Temple) is frequently used to celebrate the Waisak day every May full moon and the pilgrims from Indonesia and all parts of the world come to this ceremony.

It is older than Candi Borobudur. Its architecture is square, and having an entrance on its steps. Its roof is also square and terraced. There are stupas (= bell-shaped structures) on it.

original link : http://www.yogyes.com/en/yogyakarta-tourism-object/candi/mendut/

Tourism Waduk Gajah Mungkur In Wonogiri



Waduk Gajah Mungkur located in 35 km to south from Solo direction, precisely in wonogiri regency. Territorial water of this artificial lake finish region for the width of 7 subdistrict. Start builded in end of 1970 and start to operate on 1978. Ex of Resident which their palce used for this lake removing with transmigration " Bedhol Deso " to Sitiung, regional of bengkulu Provinsi . Representing one tourism object pledge of Wonogiri. Waduk Gajah Mungkur width is 83 km2 and used to accomodate overflowing water of the rain every year, as well as as source to irrigate rice field. Experienced view around the Waduk Gajah Mungkur is very beautiful. There are recreation water in this location likes fishing, jet propulsion ski, tourism boat and surfboard . The Others all of that, you can also enjoy to sport float to drape ( Gantole). In Waduk Gajah Mungkur there a hill which is by citizen of Wonogiri referred as " Bukit Hollywood ".

‘Visit Indonesia Year 2008′ In The Works



In a concrete effort to finally do something to improve the country’s tourism fortunes, the government is set to stage a “Visit Indonesia Year” in 2008.

As part of the drive to improve visitor numbers, improvements will also be made to basic infrastructure in some of the country’s top tourist destinations.

The official announcement of the campaign, the second that will be held by the country after an earlier one in 1992, will be made next month, and will kick off a months’ long promotion campaign, the Culture and Tourism Ministry’s director general of marketing, Thamrin B. Bachri, said Tuesday.

Throughout 2008, the country will stage 100 international-scale events and cultural festivals, with the “visit Indonesia” campaign being timed to coincide with the World Culture Forum 2008.

“We have held meetings with the provincial administrations to outline our plans and ensure that their regions are ready for the events,” Thamrin said.

The ministry, he said, was encouraging them to develop tourist attractions in their respective regions by improving facilities and access to the attractions.

In the first Visit Indonesia Year in 1992, the country boosted foreign tourist arrivals by more than 20 percent to 3.1 million from 2.5 million the previous year.

Thamrin did not say how many visitors were expected to visit Indonesia during next year’s campaign.

For this year, the ministry is hoping to attract 6 million foreign tourists — expected to generate around US$5 billion in foreign exchange earnings — through its “tourism acceleration program”.
Last year, foreign tourist arrivals stood at 4.8 million.

To support the acceleration program and prepare for next year, the ministry has requested additional funding of Rp 158.4 billion (US$17.6 million) from the revised 2007 budget, which is currently under deliberation in the House of Representatives.

The original 2007 budget allocated Rp 982 billion to the ministry.
Of the additional funding, the acceleration program — which includes overseas promotional campaigns and improvements to basic infrastructure, such as roads, and electricity and telephone access in tourist areas — will get the lion’s share of Rp 153 billion.

The planned overseas promotional campaign includes advertising on international television channels, said Culture and Tourism Minister Jero Wacik.

“Advertisements on such TV channels are one of the most effective ways of attracting foreign tourists,” he said, adding that other countries, such as Malaysia and Thailand, spent vast sums on such advertising.

“We will be out of sight of the rest of the world if we don’t take effective and immediate action to raise awareness among overseas tourists that Indonesia is a safe and attractive place to visit.”

Malaysia is targeting 20 million foreign tourists this year through its “Visit Malaysia Year” campaign. The country hosted 17.5 million overseas tourists last year.

Source: www.thejakartapost.com

Minggu, 30 Maret 2008

PROFIL JAWA TENGAH.



Provinsi Jawa Tengah, sebagai salah satu wilayah tujuan wisata, Indonesia menawarkan berbagai macam tujuan wisata seperti pemandangan alam, budaya atau barang-barang kerajinan.

Tepat berada di tengah Pulau Jawa, disebelah barat berbatasan dengan Jawa Barat, bagian timur berbatasan dengan Jawa Timur dan bagian selatan terdapat Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dataran rendah berada di sepanjang pantai utara sedangkan dataran tinggi di sebelah selatan. Dapat ditemukan deretan pegunungan dari barat ke timur seperti Gunung Slamet (3,428 m), Gunung Perahu (2,585 m), Gunung Sindoro (3,135 m), Gunung Sumbing (3,321 m), Gunung Merapi (3,142 m), Gunung Ungaran (2,050 m) dan Gunung Lawu (3,265 m) di perbatasan Jawa Timur serta terdapat Gunung Muria (1,602 m) sebelah utara.

Daerah pegunungan yang sejuk dengan panorama yang indah sangat bagus untuk dinikmati yaitu Baturaden, Dataran Tinggi Dieng , Bandungan, Kopeng, Tawangmangu dan Colo.

Sungai terbesar adalah Sungai Serayu yang bersumber dari Dataran Tinggi Dieng dan Sungai Bengawan Solo.

Administrasi

Dipimpin oleh Gubernur secara administratif terdiri dari 35 kabupaten dan kota, masing – masing secara berurutan dipimpin oleh Bupati dan Walikota.
Kabupaten dan kota dibagi lagi menjadi kecamatan yang dipimpin oleh Camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi desa sebagai tingkatan administratif yang paling rendah yang dikepalai oleh Kepala Desa.

Iklim

Temperatur rata – rata antara 21o - 32oC dan mempunyai 2 musim, yakni musim hujan (Oktober – Apri ), dan musim kemarau (April – Oktober)

Agama

Kebebasan menganut agama dilindungi oleh pemerintah, diantara lima agama yang diakui (Islam, Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu).

Bahasa

Walaupun sebagaian besar masyarakatnya mempergunakan Bahasa Jawa dengan berbagai dialek, Bahasa Indonesia tetap sebagai bahasa utama.

Penduduk

Orang Jawa terkenal akan keramahan dan kesopanannya. Tahun 2000 populasi penduduk adalah 30,7 juta (896 orang per km2). Dengan mata pencaharian sebagai petani, pedagang, pegawai negeri. Selain suku bangsa asli, ada pula beberapa suku bangsa asing hidup di Jawa Tengah seperti bangsa Arab, China, India dan Pakistan. “Kebaya“ merupakan pakaian khas yang dipakai oleh kaum wanita.

LEGENDA CINTA BATURRADEN.



Kawasan Lokawisata Baturaden terletak kurang lebih 15 Km arah utara kota Purwokerto, tepat di kaki gunung slamet. Nama Baturraden diambil dari kisah cinta seorang pembantu (batur) dengan putri (Raden) seorang adipati. Konon kisah cinta mereka tidak direstui oleh sang adipati yang mengakibatkan mereka pergi meninggalkan kadipaten. Dalam pelariannya mereka berhenti disuatu tempat. Tempat mereka berhenti dirasa cocok bagi mereka. Maka keduanya memutuskan untuk menetap disana. Tempat tersebut kemudian dikenal dengan nama Baturraden, yang berarti Batur dan Raden.

Budaya Kirab Pusaka In Solo.



Acara Kirab Pusaka berlangsung di Kraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran, diselenggarakan untuk menyambut datangnya Tahun baru Islam(Hijriah)/Jawa (1 Muharam/Suro) tepatnya pada tanggal 9 Januari 2008. Di Pura Mangkunegaran, acara berlangsung pada jam 19.00 WIB dalam bentuk arak-arakan/prosesi prajurit Mangkunegaran yang berpakain tradisionil dengan membawa pusaka-pusaka, berjalan mengelilingi komplek Mangkunegaran. Sedangkan di Kraton Kasunanan, prosesi kirab pusaka dilakukan pada jam 24.00 WIB dan diikuti oleh seluruh keluarga Kraton Kasunanan. Hal menarik dalam prosesi tersebut adalah keikutsertaan seekor kerbau bule, binatang piaraan Raja yang bernama Kyai Slamet. Masyarakat setempat mempercayai bahwa kerbau tersebut adalah binatang keramat yang dapat memberi keberuntungan.

BUDAYA SEKATEN SOLO



Sekaten merupakan pasar malam yang diselenggarakan setiap bulan Mulud ( bulan Jawa/Hijriyah) untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW berlangsung di alun alun Utara komplek Kraton Surakarta Hadiningrat.
Upacara pembukaannya ditandai dengan prosesi dikeluarkannya dua gamelan besar milik kraton yang dibawa ke Masjid Agung untuk ditabuh. Event Sekaten ini ditutup dengan upacara Grebeg Maulud yang ditandai dengan disajikannya dua tumpeng besar oleh keluarga kraton Kasunanan Surakarta. Tumpeng dibawa dengan diiringi prajurit kraton menuju Masjid Agung. Seusai selamatan tumpeng dibawa ke luar Masjid dan dibagikan kepada para pengunjung . Masyarakat sekitar mempercayai barang siapa yang mendapatkan bagian dari tumpeng tersebut akan mendapatkan keberuntungan.

Rabu, 26 Maret 2008

Jumat, 21 Maret 2008

Wisata Astana Giri Bangun In Karanganyar.



:: Astana Giri Bangun ::

Astana Giri Bangun adalah sebuah pemakaman yang terletak di sebelah timur kota Surakarta, Indonesia, tepatnya di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, sekitar 35 km dari Surakarta..
Istri presiden Indonesia, Soeharto, Ibu Tien, dimakamkan di sini.

Situs pemakaman ini dirancang untuk dipakai oleh seluruh keluarga Pak Harto. Pada saat pembangunannya dimulai, jauh sebelum Ibu Tien Suharto wafat, telah menuai badai kritik dari berbagai kalangan masyarakat. sehingga diisyukan bahwa liang-liang lahat yang dipersiapkan untuk peristirahatan terakhir itu dilapisi dengan emas maupun perak. pada hal pada saat yangsama (saat itu) keadaan ekonomi rakyat sedang tidak membaik. Astana Giri Bangun, komplek makam khusus keluarga Yayasan Mangadeg Surakarta, dibangun tahun 1974. Lokasinya di atas Bukit Giribangun yang puncaknya dikenal sebagai Bukit Mangadeg. Di puncak bukit ini terdapat makam raja-raja Mangkunegaran, Surakarta. Termasuk makam Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa, Mangkunegara II, III, dan VIII.
Beratap joglo -- khas bangunan rumah Jawa -- luas seluruh bangunan
sekitar 200 meter persegi. Komplek makam ini memiliki tiga tingkatan
cungkup. Cungkup Argo Sari teletak di tengah-tengah dan atapnya
menjulang paling tinggi. Di bawahnya, terdapat cungkup Argo Kembang,
dan paling bawah adalah cungkup Argo Tuwuh.
Jenazah Ibu Tien akan dimakamkan di bawah cungkup Argo Sari. Di situ
telah pula dimakamkan ayahanda Ibu Tien, KRMTH Soemoharjmo, ibunda Bu
Tien KRA Soemoharjomo, dan kakak perempuan Bu Tien, RA Siti Hartini
Odang. Makam Ibu Tien terletak satu deretan dengan makam-makam
tersebut, dan berdampingan dengan lokasi yang disiapkan untuk makam
Pak Harto kelak.
Cungkup Argo Sari disangga oleh empat tiang utama, terbuat dari beton
yang dilapis kayu ukiran Jepara. Pada tiang-tiang yang terkesan kokoh
itu, dilengkapi cincin-cincin logam berwana kuning. Cincin inilah yang
dulu pernah diisukan terbuat dari bahan emas. Sukamdani Sahid
Gitosarjono, ketua harian Yayasan Mangadeg, meluruskan isu ini. "Yang
benar, terbuat dari tembaga yang diasah," ujar pimpinan New Sahid
Builders yang dipercaya membangun komplek makam ini.
Menurut Sukamdani, tembaga yang dipergunakan untuk hiasan di kompleks
makam senilai (waktu itu) Rp 450 juta. Marmer untuk lantai,
didatangkan dari Tulungagung. Di atas marmer berwarna krem itu,
terhampar karpet coklat. Dengan wafatnya Ibu Tien, Astana Giri Bangun
telah terisi empat belas makam. Empat makam (termasuk makam Bu Tien)
terletak di bawah cungkup Argo Sari, dan sepuluh lainnya berada di
bawah cungkup Argo Kembang dan cungkup Argo Tuwuh. Menurut Sukamdani
S. Gitosardjono, ketiga jenis cungkup menggambarkan filsafat siklus
kehidupan yang tumbuh, berkembang, dan bersiap memenuhi panggilan Yang
Maha Pencipta. Penentuan lokasi di atas bukit, lanjutnya, agar tidak
mengganggu atau diganggu masyarakat sekitar. Astana Giri Bangun memang
satu-satunya bangunan di puncak bukit itu, dengan latar belakang
pepohon hijau yang lebat. Jalan menuju kompleks makam tidak terlalu
lebar, menanjak dan berkelok-kelok.
Kompleks makam juga dilengkapi bangunan pendukung di sekelilingnya.
Ada paseban selatan, paseban timur, dan di sebelah barat disediakan
bangunan paintry dan sebuah musholla, juga rumah untuk juru kunci
makam.
Hari-hari ini, Astana Giri Bangun menjadi pusat perhatian. Di sini
telah bersemayam salah satu putra terbaik bangsa ini. Suara tahlil
yang terdengar sambung menyambung, seolah tidak hanya terlantun dari
mulut puluhan orang yang khusyuk tafakkur di seputar cungkup Argo
Sari, tapi juga dari rindang pepohonan yang menaungi komplek ini.

Wisata Air Terjun Jumok In Karanganyar.



Karanganyar: Kawasan Sukung Brejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, menyimpan keindahan alam yang tak kalah untuk dinikmati. Daerah yang berada 100 meter dari permukaan laut itu berembus udara dingin yang menyegarkan suasana pagi. Belum lagi iringan nyanyian burung-burung, menambah geregetnya kawasan Sukung Brejo yang dinginnya mencapai 12 derajat Celsius ini.


Di Kabupaten Karanganyar, terdapat sekitar 70 objek wisata, di antaranya wisata alam, wisata sejarah, sampai agrowisata (wisata perkebunan). Salah satunya adalah Candi Sukuh di kaki Gunung Lawu, Kecamatan Ngargoyoso. Sepanjang jalan menuju Candi Sukuh, banyak terdapat homestay atau penginapan rumah warga dengan harga sewa yang bervariasi. Selain homestay, di sana juga ada sejumlah cottage dan vila. Perjalanan menuju Candi Sukuh menempuh jalan yang menanjak.

Untuk masuk ke kawasan Candi Sukuh, pengunjung harus membayar tiket masuk Rp 2.500. Candi Sukuh sendiri didirikan pada pertengahan abad 15, tepatnya 1437 Masehi atau 1359 Saka. Penetapan itu bisa diketahui melalui relief sebelah kiri yang dinamakan gapuro (9), buto (5), makan atau aban (3), orang atau wong (1). Bila dibaca dengan cara dibalik, barulah jelas tertera penanggalan Jawa 1359 Saka. Dasar inilah yang dipakai untuk menentukan berdirinya Candi Sukuh, setelah menyesuaikan dengan tahun Masehi yang berselisih 78 tahun dengan tahun Jawa.

Ada beberapa tradisi yang masih berlangsung di Candi Sukuh, di antaranya adalah ruwatan. Tradisi ini mengacu pada relief seorang bayi yang direbutkan dua orang anak. Gambar itu menggambarkan bahwa dalam hidup, manusia direbutkan oleh dua kekuatan, yakni baik dan buruk. Agar bisa kembali ke asal, manusia harus suci. Agar bisa suci, maka harus diruwat atau dibersihkan.

Selain relief tadi, di sana terdapat pula relief kepala (kala) yang menyimbolkan karma manusia. Selain itu, ada relief Bima yang menyimbolkan manusia, Dewa dan Tuhan. Tak kalah menarik di sana juga mengalir air Tirta Marta (air kehidupan) yang diyakini dapat hidup kekal bila meminumnya.

Di kawasan Sukung Brejo, Anda juga jangan lupa mampir di Greenhouse untuk memetik bunga Krisan. Bunga yang memiliki sekitar 200 varian ini sering dipakai oleh semua perangkai buket di seluruh dunia. Satu ikat, yang berisi sepuluh tangkai, dijual dengan harga Rp 10 ribu. Dan, bunga Krisan paling laku terjual adalah yang berwarna putih dan kuning.

Kawasan lain yang juga menarik buat dikunjungi yaitu air terjun Jumok. Air terjun dengan ketinggian 30 meter ini konon memiliki aura mistis. Di sana, bila Anda memohon sesuatu, maka akan bisa terkabul. Entahlah.

Di dalam kawasan air terjun Jumok, juga terdapat kebun kopi dan kebun cengkih. Hidup pula di kawasan air terjun Jumok sejumlah hewan liar dari jenis yang tak berbahaya. Sementara di salah satu sudut kawasan yang baru dibuka untuk umum sejak setahun belakangan ini, tersedia pula jajanan sate kelinci. Rasanya, sama lezatnya dengan sate ayam. Ingin mencoba juga?(AIS/Tim Jalan-Jalan)

Sumber>>www.liputan6.com

Wisata Candi Sukuh In Karanganyar.



Candi Sukuh (Karanganyar) Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi Sukuh dibangun pada abad 15, +/- 1.437 Masehi. Yang khas dari candi Sukuh yaitu arsitekturnya sangat mirip dengan candi Maya di Guatemala Amerika Tengah. Di teras pertama terdapat relief kemaluan laki-laki dan perempuan yang saling berhadapan (Lingga dan Yoni) yang merupakan simbol cinta kasih sebagai simbol asal usul kehidupan, serta sejumlah relief-relief yang terkesan unik dan erotis yang sebenarnya merupakan perlambangluhur tentang ajaran kehidupan yang hakiki.

Wisata Candi Cetho In Karanganyar




bjek wisata yang bersifat hiburan, adalah hal yang biasa. Tapi kalau ada unsur religi dan budaya adalah objek wisata yang perlu kita kunjungi. Objek wisata tersebut adalah Candi Cetho, di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, dengan ketinggian 1500 meter dpl. Objek wisata tersebut sangat menarik dan pantas untuk dikunjungi.
Suasana dingin, sejuk, sepi, jauh dari hiruk pikuknya kota adalah suasana yang bisa didapatkan jika kita mengunjungi tempat tersebut. Objek wisata ini cocok, jika kita ingin melepaskan diri dari kepenatan aktivitas sehari-hari yang penuh dengan kesan ramai. Candi Cetho terhampar tepat di perbatasan hutan heterogen lereng Lawu yang asri dan berhawa nyaman.
Dari sebidang ketinggian, tempat candi peninggalan umat Hindu terakhir di Jawa itu, kita bisa menyaksikan dataran rendah yang terhampar di arah utara (Kota Sragen), sarat (Kota Solo) dan selatan (Sukoharjo danWonogiri) sekaligus. Keleluasaan pandang tanpa hambatan itu membuat Cetho disukai sebagai tempat orang mendirikan menara antena pancar ulang radio.
Di Cetho, selain bisa menikmati wisata religi dan budaya dari candi Cetho, kita bisa menikmati hamparan kebun teh yang terdapat di kecamatan Ngargoyoso dan Jenawi di pinggir jalan utama Karanganyar-Sragen via Cetho. Kebun teh ini sangat mentakjubkan yang dilatar belakangi oleh Gunung Lawu. Aktivitas pemetik teh pada pagi hari membawa para pengunjung pada suasana alami pegunungan. Bahkan, kita bisa mengikuti aktivitas pemetik teh di pagi hari.
Di area parkir yang terletak di pinggir jalan juga disediakan rest area sehingga para pengunjung dapat menikmati keindahan panorama kebun teh. Pengunjung juga dapat melihat proses pembuatan teh di pabrik teh PT Rumpun Kemuning.
Kepala Dinas Pariwisata Karanganyar, IA Joko Suyanto menjelaskan, Candi Cetho, Candi Sukuh, Astana Giribangun, Astana Girilayu, Astana Mangadeg, dan Tugu Tridharma, Taman Saraswati, Pura Pamacekan, Pertapaan Pringgodhani adalah paket wisata yang ditawarkan oleh Disparta sebagai wisata religi, budaya dan edukasi. Paket wisata ini sangat menarik untuk dicoba, karena selain kita bisa menikmati wisata hiburannya, seperti hiburan pemandangan hamparan kebun teh juga bisa menikmati wisata religi dan budaya bahkan edukasi.

Peninggalan Majapahit
Menurut Joko Suyanto, Candi Cetho dibangun pada abad XV oleh Raden Brawijaya V, sebelum beliau moksa di puncak Lawu. Candi berundak yang menghadap ke barat, menjadi simbol berakhirnya Kerajaan Majapahit. Candi ini terdiri dari 13 teras berundak yang tersusun dari barat ke timur. Gapura candi yang tinggi menjulang, merupakan ciri khas candi ini. Di beberapa teras terdapat pendapa dan bangunan kayu tempat arca Brawijaya V dan pengawalnya serta sebuah arca lingga.
Di sebelah timur kompleks candi terdapat sebuah meru yang di dalamnya menyimpan sebuah lingga sebagai simbol jenis kelamin laki-laki dan yoni sebagai simbol kelamin perempuan. Perlu untuk diketahui, di atas candi Cetho ada candi lagi yaitu candi Kethek.
Di timur candi, terdapat Puri Taman Saraswati. Taman ini merupakan tempat sembahyang bagi umat Hindu kepada Sang Hyang Aji Saraswati. Patung Dewi Saraswati adalah pemberian dari bupati Gianyar A.A Gde Agung Barata untuk bupati Karanganyar Rina Iriani sebagai bentuk kerjasama dan ikatan persaudaraan antara masyarakat Hindu Bali dan Hindu jawa. Di kawasan taman, setiap peringatan Hari Saraswati yang diadakan setiap 210 hari selalu digelar kesenian tradisional Jawa dan Bali.
Petugas loket dari objek wisata candi Cetho, Sunardi kepada Joglosemar menjelaskan, retribusi karcis sebesar Rp 3.000 untuk wisatawan nusantara sedangkan untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp 10.000.

Sumber>>> www.karanganyar.com

Wisata Tawangmangu In Karanganyar.







Tawangmangu is located 40 km east of Solo, this recreational resort offers fresh weather; scenic views, swimming pools, bungalow style hotels and restaurants. Tawangmangu, a mountain resorts at an elevation of almost 1 km above sea level, which promises a cool escape from the city's heat. It lies on the slopes of Mt., Lawu, at an elevation of 1300 m above sea level. A cool splendid hill resort also on the slope of mount Lawu, at about 1400 M height above sea level. The road from Solo via Karangpandan is a fine trip thru magnificent green terraced hills. Tawangmangu has all kind of facilities, hotel, camping ground, forest tourism, etc. The climate is fresh and one can enjoy the beautiful scenery. Other features include nearby temples, a national park and 40m in high waterfall of Grojogan Sewu.

It is a 100 M high waterfall; the pool at the bottom has very chilly water. In front of the gate to Grojogan Sewu, horses for rent are available to ride around Tawangmangu.


Wisata Balapan Kuda Nyi Ageng Serang In Sragen.




Sragen-Arena pacuan kuda Nyi Ageng Serang terletak di Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang. Lintasan sepanjang 600 meter itu hanya berjarak 1,5 kilometer dari tepian waduk Kedung Ombo.


Akses menuju lintasan pacuan kuda Nyi Ageng Serang relatif mudah. Arena pacuan kuda itu berjarak 30 kilometer dari pusat kota Kabupaten Sragen dan dapat ditempuh selama 40 menit dengan mengendarai mobil. Dari Semarang, pungunjung dapat melewati jalur alternatif Salatiga-Karanggede-Gemolong-Sumberlawang. Dari Surakarta (Solo), pengunjung dapat mengambil rute Solo-Purwodadi dan berbelok ke barat ketika memasuki daerah Sumberlawang. Lokasi pacuan Kuda berada lima kilometer dari jalan raya Solo-Purwodadi


Keberadaan arena pacuan kuda di Ngasinan membawa perubahan pada wajah desa. Jalan hotmix sepanjang lima kilometer kini membelah dari pusat Kecamatan Sumberlawang hingga ke pedesaan. Memudahkan arus transportasi dan perdagangan. Penerangan jalan dan fasilitas air bersih kini tersedia dalam jumlah dan kualitas yang memadai.


Kegiatan masyarakatpun lebih beragam. Penduduk setempat membuka penginapan atau homestay di rumahnya bagi pengunjung yang ingin bermalam. Warung-warung makan dengan menu khas pedesaan juga siap memanjakan lidah siapapun yang datang.


Warung makan di desa ini tergolong unik. Warung tersebut menyatu dengan rumah penduduk dan posisinya berada dekat pintu depan. Menu yang tersaji benar-benar masakan rumah tangga dengan sentuhan bumbu khas desa. Juru masaknya tak lain adalah para wanita pedesaan yang masih mempertahankan resep tradisional warisan orang tua mereka. Dengan demikian, suasana pedesaan kental terasa.

Saat ini tengah disusun rute untuk wisata menunggang kuda (horse riding). Di pacuan telah tersedia empat kuda hasil persilangan antara kuda Eropa dan lokal. Tunggangan ini siap digunakan berkuda mengelilingi perbukitan dan lembah di sekitar arena pacuan dan waduk Kedung Ombo. Pengunjung yang belum pernah naik kuda tidak perlu khawatir. Pengelola pacuan kuda menyediakan pemandu dan sekaligus melatih pengunjung menunggang kuda.

Fasilitas komplek pacuan kuda juga lengkap. Selain lintasan pacuan area pit stop dan tribun yang representatif untuk pertandingan internasional, juga terdapat istal atau stable yang terjamin kebersihannya. Stable itu ditangani oleh perawat kuda professional. Sehingga para pemilik kuda dapat menitipkan kuda-kuda tersebut untuk mendapat penanganan yang berkualitas.


Sumbe>> www.sragenkab.go.id










Budaya Jawa Tengah Via Pekasa



SRAGEN - Bertempat di Rumah KRT Muharjo Hadinagara, Beloran Sragen, Paguyuban Kawula Keraton Surakarta ( Pakasa ), Minggu (25/11) mengadakan pertemuan anggota dan warga Pakasa. Pakasa Cabang Sragen didirikan bulan Februari 2007 lalu. Sampai saat ini telah memiliki anggota kurang lebih 225 orang. Menurut KP Edy Wirabhumi sewaktu mengukuhkan Pakasa 9 bulan lalu mengatakan bahwa para pengurus, anggota dan warga Pakasa ini dapat menjadi ujung tombak pelestarian dan pengembangan budaya jawa yang bersumber dari Keraton Surakarta Hadiningrat di Sragen.

Keraton Surakarta sebagai kesatuan ikatan trah Mataram mempunyai kewajiban untuk melestarikan nilai-nilai tradisi budaya Jawa. Budaya juga sebagai salah satu saka guru sebuah negara. Jika seseorang memiliki kecintaan dan dedikasi tinggi pada budaya, berarti dia juga mencintai negaranya.

Acara ini dihadiri oleh seluruh anggota dan warga serta calon warga Pakasa Cabang Sragen. Menurut Wahyu Widayat, SH, Msi, sewaktu memberikan sambutan dalam pertemuan minggu itu, mengajak para anggota Pakasa untuk selalu menguri-uri budaya jawa yang adi luhung. Para anggota dan warga Pakasa juga di harapkan dapat memberikan sumbang saran dalam upaya melestarikan budaya jawa yang bersumber di keraton. Budaya Jawa merupakan warisan leluhur yang wajib dilestarikan.

Senada dengan Wahyu Widayat, Kepala Dinas Pendidikan Gatot Supadi mengatakan, atas nama pemerintah dia menyambut baik upaya Pakasa dalam nguri-uri budaya jawa. Dalam budaya jawa, banyak pelajaran yang dapat dipetik untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Gatot Supadi, dalam hidup bermasyarakat diperlukan tata krama, unggah-ungguh, dengan mendalami budaya jawa yang adi luhung, yang di implementasikan dalam setiap cipta rasa dan karsa, maka seseorang akan mudah diterima dalam lingkungan masyarakat.

Gatot Supadi mengharapkan Pakasa dapat memberikan andil dalam upaya memajukan pendidikan budaya di Kabupatren Sragen. Anggota Pakasa yang sebagian besar sudah berusia menengah ke atas dan sudah cukup matang dalam mendalami budaya jawa, di harapkan dapat mewariskan pengetahuan dan memberikan didikan kepada generasi muda sebagai penerus.

Gatot Supadi menambahkan, anggota Pakasa juga diharapkan untuk selalu meningkatkan keahlian dan kemampuannya, seperti belajar Pranoto coro, dan masih banyak pelajaran budaya jawa yang dapat kita pelajari.

Dalam acara tersebut diadakan potong tumpeng oleh eyang Slamet Basuki. Potong tumpeng diserahkan ke Wahyu Hidayat dan Gatot Supadi. Selanjutnya di serahkan ke semua peserta Pakasa yang hadir. (hart)

Sumber: www.sragen.go.id

Sabtu, 16 Februari 2008

Tips Internet Via Bluetooth



Internet Di Ponsel Lewat Bluetooth

          Semakin berkembangnya ilmu teknologi kini anda bisa menikmati pelayanan internet lewat ponsel anda.salah satu nya dengan media batuan bluetooth.bluetooth juga bisa di pakai untuk mengakses internet lewat ponsel anda.syarat nya selain ponsel harus mengandung bluetooth,komputer maupun leptop anda mesti mengandung bluetooth dan sambungan internet dial-up.
          
Untuk mengakses internet lewat bluetooth,begini caranya:

          Aktifkan bluetooth di ponsel dan komputer samapai keduanya terhubung dengan cara mengakses My bluetooht pada windows XP di komputer.pilih view devices in range dan tunggu sampai ikon ponsel muncul di layar komputer.
          klik ikon itu dan pilih discover available services sampai muncul pilihan dial-up networking.untuk terhubung dengan ponsel klik kanan dial-up networking dan pilih dial-up connect dial-up.
          Ponsel akan bertanya apakah anda ingin menerima permintaan koneksi atau menolak.pilih Add to paired sampai komputer dan ponsel kembali terhubung.ponsel akan meminta anda mengisi kode rahasia untuk memasangkan ponsel dan komputer.
          Sebuah kotak dialog akan muncul dan meminta anda mengisi nama,kata kunci,dan nomer telpon internet service provider anda.lalu klik tombol dial.
          Ponsel pun siap di pakai mengakses internet.


>>dikutip dari koran tempo.