Usahan Perternakan Pegemukan sapi di sragen.
Usaha penggemukan sapi potong memiliki prospek cerah karena beberapa negara Asean kini lebih menyukai sapi potong dari Indonesia. Peluang membuka peternakan masih terbuka lebar mengingat ketersediaan padang rumput sangat luas. Pengembangan sapi perah juga tidak kalah menariknya sebagai salah satu peluang investasi. Semakin besarnya minat masyarakat mengkonsumsi susu membuka peluang pasar yang sangat menjanjikan. Hingga saat ini wilayah eks-karesidenan Surakarta belum berdiri satupun Pabrik Susu. Padahal ketersediaan bahan baku sangat potensial untuk menopang berdirinya pabrik susu. Disamping sapi potong dan sapi perah, di Sragen banyak dijumpai kambing, domba, unggas seperti ayam kampung, ayam ras, itik, itik manila dan angsa. Produksi daging relatif stabil sementara produksi telur menunjukan gejala peningkatan.sudah banyak sekarang para penduduk sragen sendiri mulai usaha penggemukan sapi mulai dari perternakan sampai penduduk di perumahan.banyak juga para penduduk di kota sragen memaanfaatkan usaha ini biarpun usaha ini bersifat sampingan maupun permanen.
Senin, 19 November 2007
Perternakan In Sragen
Industri Rokok di Sragen
Industri Pabrik Rokok Di sragen
Seriring dengan berlakunya otonomi daerah. kini pemkab kota sragen berusaha untuk memajukan kesejahteraan penduduknya.salah satunya dengan didirikannya industri rokok guna untuk mengurangi jumlah pengangguran yang terjadi di daerah sragen.Para buruh sedang melinting rokok kretek di sebuah perusahaan rokok di Sragen, Jawa Tengah. Gencarnya penetrasi pasar rokok putih dan kretek ringan (mild) di pasar domestik dan kuatnya pengaruh kampanye antirokok yang dimotori Badan Kesehatan Perserikatan Bangsa-bangsa (WHO) telah mengakibatkan bangkrutnya ratusan industri rokok kretek menengah dan kecil.
Kudus yang dikenal dengan sebutan Kota Kretek termasuk salah satu kawasan industri rokok kretek di Indonesia yang terkena getah kampanye rokok putih. Hingga 2001, hanya tinggal 40-an pabrik rokok berskala kecil, menengah dan besar yang mampu bertahan. Pada kurun 1980-an, sedikitnya 148 pabrik rokok masih kokoh berdiri. Penyusutan jumlah pabrik itu menyumbang peningkatan jumlah penganggur hingga sedikitnya 25 ribu orang.
Minggu, 18 November 2007
Industri In kota Sragen
Tekstil dan Garmen
Sebanyak 24.426.120 meter grey cotton dan 23.040.000 meter grey rayon serta 84.750 bal benang dengan nilai investasi mencapi Rp. 59 Milar lebih diproduksi oleh Pabrik Tekstik besar di Sragen. Keenam Pabrik yang memproduksi tekstil tersebut sangat potensial menjadi mitra produsen kain. Pemkab Sragen berencana menopang kebutuhan kain seragam sekolah dan PNS bekerjasama dengan Industri Tekstil tersebut.
Sedangkan produksi Garmen (Pakaian jadi), keberadaan usaha konveksi dan pusat batik memberikan andil besar untuk menopang pangsa pasar di bidang garment. Batik Tulis di Kabupaten Sragen sebagian besar adalah penyuplai batik di Solo misalnya, Batik Danar Hadi, Keris, Semar dll. Beberapa Pengusaha dari Solo telah mengalihkan kegiatan produksinya ke Daerah Masaran dan sekitarnya. Pemkab sendiri telah menjalin kemitraan dengan Perguruan Tinggi dan dunia usaha untuk meningkatkan kualitas, kuantitas maupun jaringan pasar. Wilayah Plupuh, Kalijambe dan Masaran kini terdapat tidak kurang 4.817 unit usaha yang menyerap sedikitnya 6.830 tenaga kerja.
Batik Tulis
Merupakan Industri Rumah Tangga yang tergolong cukup sukses dalam bisnis Batik, terletak disebuah kawasan Desa Krikilan, Masuk wilayah Kecamatan Masaran, Sragen. Disamping memproduksi aneka macam jenis bahan busana mulai dari kian sarung sutra, kain kebaya, baju, dll. Terdapat 4.763 unit usaha industri kecil pembatikan dengan melibatkan tenaga kerja sebanyak 6.830 orang. Usaha pembatikan ini berada di daerah sentra-sentra industri batik yang menyebar di desa-desa di kecamatan masaran, plupuh dan kalijaambe.pada saat ini produksi kain batik dikabupaten sragen mencapai 17.221 kodi dan telah dipasarkan secara local, regional, nasional maupun internasional/eksport,beberapa pengusaha batik dari ssolo, juga telah melebarkan usaahanya kepada para pembatik di daerah Kliwonan, Masaran dan Plupuh. Masyarakat desa Kliwonan Kecamatan Masaran sebagian besar bermata pencarian sebagai petani. umumnya mereka berpenghasilan kecil karena lahan pertaniannya relatif sempit.untuk mengisi kekosongan waktu di luar mengerjakan sawah mereka memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai pembatik. Pekerjaan membatik dirasa dapat meningkatkan penghasilan, lama kelamaan pekerjaan membatik menjadi mata pencaharian utama. Hingga saat ini ada 6.480 orang pembatik bahkan lebih, yang tersebar di lima desa; desa Kliwonan, Desa Pilang, desa Sidodadi, desa Gedongan dan Desa Jabung. Selain itu juga mulai tumbuh galeri-galeri batik dan garmen batik yang dikelola oleh masyarakat secara mendiri.karena desa-desa batik tersebut di tepian sungai bengawan solo, mereka menyebut dirinya sebagai komunitas Batik “GIRLI”, batik pinggir kali.SANGKAR BURUNG
Sementara itu sentra Industri kecil sangkar burung di Kabupaten Sragen berlokasi di desa Karang Malang Kecamatan Masaran dan desa Kaliwedi Kecamatan Gondan. Terdiri dari 60 Unit Usaha dengan produksi 360.000 sangkar burung dalam berbagai ukuran per tahunnya. Pemasaran produk sangkar burung asal Sragen telah memasuki kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Denpadar Medan dan Palembang.
Profile Orang No 1 In Sragen
Nama : H. Untung Wiyono
Alamat : Dayu, Desa Jurangrejo, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen.
Pria bernama lengkap Untung Sarono Wiyono Sukarno itu lahir 16 Oktober 1950 di sebuah kampung bernama Dayu, Desa Jurangrejo, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen.
Untung Wiyono mengawali karir sebagai pengusaha dari bawah. Dengan latar belakang Pendidikan Terakhir Sarjana Hukum, selama 12 tahun, dia berjuang menjadi profesional di bidang minyak dan gas pada perusahaan asing. Setelah malang melintang sebagai profesional, dia akhirnya memutuskan menjadi wirausahawan dan mendirikan perusahaan sendiri mulai dari nol.
Dengan keinginannya menjadikan Sragen sebagai Kabupaten yang Cerdas, beliau menjabat sebagai Bupati Sragen sejak tahun 2001 hingga sekarang. Dengan kegemarannya dalam seni mendalang, beliau menjadikannya sebagai sarana pembinaan dan penyerapan aspirasi masyarakat.
Saat ini, bapak dari 3 orang putera dan 2 orang puteri dan didampingi oleh Ibu Suparmi Untung Wiyono ini menjadi pemikir utama Kabupaten Sragen, dengan selalu menekankan bahwa Sragen yang mempunyai Sumber Daya Alam yang terbatas harus diimbangi dengan Sumber Daya Manusia yang berkompetensi tinggi.
Wisata Bayanan In sragen
Bayanan
Kulit Sehat Berkat Air Panan Bayanan
Bagi Anda yang punya masalah kesehatan kulit, berendam dalam air hangat Bayanan bisa jadi solusi jitu nan murah. Cocok dikembangkan menjadi jasa mandi rempah. Pemandian air panas Bayanan terletak 17 km sebelah tenggara Kota Sragen. Tepatnya, di Dusun Bayanan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, di lereng utara Gunung Lawu. Selama perjalanan menuju lokasi wisata Bayanan, para pengunjung akan disuguhi pemandangan indah berupa hamparan sawah menghijau dan kerimbunan hutan karet. Akses jalan dengan aspal berlapis hotmix mulus memudahkan aneka macam kendaraan hingga ukuran mikrobus dapat leluasa mencapai lokasi.
Bagi masyarakat Sragen khususnya dan Jawa Tengah umumnya, sumber air panas Bayanan sudah tidak asing lagi. Kemashyuran tersebut disebabkan oleh karena air panas Bayanan dipercaya menyimpan segudang khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan. Air panas Bayanan diyakini mampu menyembuhkan aneka problem kesehatan, antara lain gatal-gatal, rematik, pegal linu, flu tulang. Bahkan untuk beberapa kasus yang terjadi pada beberapa pengunjung, setelah beberapa kali mandi air panas Bayanan mampu menstabilkan tekanan darah.
Pengunjung pemandian air panas Bayanan tak hanya warga Sragen, tetapi juga berasal dari berbagai daerah. Di obyek wisata pemandian air panas Bayanan disediakan 7 kamar mandi dengan bathub dan kran air yang siap mengalirkan air bersuhu berkisar 36 derajat celcius. Agar sedikit hangat, pengunjung dapat menuangkan ke dalam bathub dengan air dingin yang tersedia. Umumnya, para pengunjung menghabiskan waktu 20 menit untuk mandi atau sekadar berendam.
Eksotika Hyang Tirto Nirmolo
Obyek wisata pemandian air panas Bayanan semula merupakan bekas tempat tetirah para orang kaya Belanda semasa kolonial yang dibangun tahun 1808 oleh Tuan Praul, salah satu saudagar Belanda terkemuka saat itu. Setelah berada di bawah pengelolaan pemerintah RI, pada tahun 1978, pemandian sumber air panas Bayanan direnovasi. Setahun kemudian sumber air panas Bayanan diresmikan sebagai obyek wisata dan di bawah pengelolaan Pemkab Dati II Sragen.
Namun mitos yang dipercaya penduduk desa di sekitar sumber air panas itu menyebutkan bahwa sumber air panas tersebut dijaga oleh makhluk halus berkekuatan magis. Makhluk itu bernama Hyang Tirto Nirmolo dan suka menolong menyembuhkan orang sakit. Penduduk setempat merasakan bahwa gatal-gatal (bubul-jawa), capek setelah bekerja berat dapat segera sembuh dan segar kembali usai mandi dengan air Bayanan. Oleh sebab itu, sebuah rumah kecil dibangun untuk lokasi upacara adat. Di bangunan yang sekarang dianggap keramat tersebut rutin diadakan upacara merayakan panen. Tradisi turun temurun itu biasanya berlangsung pada hari Jumat Legi dalam penanggalan Jawa.
Ramuan Dahsyat Air Panas Bayanan
Penelitian yang dilakukan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta menemukan bahwa panas air Bayanan berasal dari suhu yang dihasilkan magma cair. Panas dari magma menyentuh dasar sumber air tanah di kedalaman tertentu. Suhu air yang menjadi panas tetap terbawa hingga memancar di permukaan dan menjadi sumber air panas. Menurut pengukuran yang dilakukan, suhu air tepat di titik sumber mencapai 44 derajat Celcius. Setelah dialirkan dalam bak mandi, suhu air menjadi 36o C, sesuai dengan panas badan manusia. Inilah yang menyebabkan air panas Bayanan terasa enak dan nyaman untuk mandi.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan adanya banyak unsur/senyawa kimia yang terkandung dalam sumber air panas Bayanan. Kandungan senyawa tersebut bisa dilihat dalam hasil analisa Laboratorium Kimia yang dilakukan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta.
Penelitian juga mencatat adanya keunikan yang ada di sumber air panas Bayanan. Air panas yang memancar keluar letaknya dua meter di atas sebuah sungai, yang letaknya hanya bersebelahan. Air panas tersebut tidak merembes ke aliran sungai. Selain itu, bila mandi di waktu pagi, sore, dan malam hari, suhu air bertambah panas sehingga keringat banyak keluar. Namun, bila mandi di siang hari, suhu air menurun sehingga keringat tidak banyak keluar.
Bisa jadi, berbagai keunikan tersebut membuat air panas Bayanan memiliki banyak khasiat bagi kesehatan. Menurut sang juru kunci, Rejo Utomo, pengunjung yang berdatangan banyak yang telah membuktikan keampuhan air panas Bayanan. Berbagai penyakit kulit tersembuhkan. Bahkan mampu mengatasi rematik, menurunkan kadar kolesterol, memulihkan kebugaran tubuh, meningkatkan vitalitas, memelihara kesegaran sendi dan otot, dan menambah awet muda.
Khasiat air panas Bayanan dan lingkungan hutan yang asri lagi berudara segar, merupakan kombinasi tepat untuk mengembangkan wisata mandi rempah-rempah. Pengembangan tersebut semakin mudah dilakukan mengingat pemandian air panas Bayanan telah dilengkapi berbagai sarana, antara lain tujuh kamar mandi lengkap dengan bathtub, kolam renang, taman bermain untuk anak-anak, dan lain sebagainya.
Di sekitar Bayanan banyak diumbuhi perkebunan karet yang lebat, terutama di Kecamatan Kedawung. Perkebunan karet ini cocok digunakan sebagai lokasi perkemahan, olahraga luar ruang atau outbond. Potensi yang dapat dikembangkan adalah membuat arena permainan atau olahraga berbasis alam. Bisa juga dikembangkan sebagai arena permainan perang-perangan (wargame) beserta perlengkapannya (skirmish), dengan menggunakan air soft gun dan painting ball.
Wisata Sangiran In Sragen
KAWASAN SANGIRAN
Musium Internasional sangiran dengan kawasan Situs fosil perbakalanya mempunyai radius seluas: 20 Km. Merupakan salah satu ajang penelitian sejarah kehidupan pra sejarah yang terpenting, selain juga sebagai obyek wisata alam yang sangat menarik perhatian wisatawan domestik maupun wisatawan manca Negara. Obyek wisata sejarah musium purbakala sangiran situsnya, berjarak kurang lebih 11 Km dari pusatkota Solo dan 45 Km dari kota Sragen. Keberadaan obyek penelitian dan sekaligus wisata sejarah ini menjadi semakin menarik dengan teelah disediakannyafasilitas bangunan gaardu menara pandaang yang cukup representatif, dimana para wisatawan ddomestik maupun asing dapat menikmati pemandangan alam sekitar secara langsung maupun dengan menggunakan lensa pandang. Adanya panorama yang indah serta dipandu oleh pemandu wisata yang professional akan semakin membuat para wisatawan saangat berkesaan dan terkenang-kenang di benak sepanjang masa.
Sejarah Sragen.
Sejarah
Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor : 4 Tahun 1987, yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.
Kronologi dan Prosesi
Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut, disebut dengan Perang Mangkubumen ( 1746 - 1757 ). Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati.
Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan Beliau meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat Pemerintahan.
Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni Surakarta – Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko.
Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto, Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa Lain.
Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari, yaitu kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dimana Pangeran Sukowati menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan perjanjian Salatiga tahun 1757, dimana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Adipati Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta.
Selanjutnya sejak tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya strategis ditunjuk menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah satunya adalah Pos Tundan Sragen.
Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 juni 1847 oleh Sunan Paku Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta baron de Geer ditambah kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan Staatsblaad No 32 Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk Pengadilan Kabupaten, dimana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh Kliwon, Panewu, Rangga dan Kaum.
Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi Sragen memiliki 4 ( empat ) Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan Distrik Majenang.
Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, dimana pada akhirnya Kabupaten Gunung Pulisi Sragen disempurnakan menjadi Kabupaten Pangreh Praja. Perubahan ini ditetapkan pada jaman Pemerintahan Paku Buwono X, Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, dimana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan.
Dan Akhirnya memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia , Kabupaten Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.
Langganan:
Postingan (Atom)